Pernahkah
anda berfikir sudah berapa kali kalian menghiraukan orangtua kalian?
Pernahkah
anda merasakan betapa senangnya hati anda, jika kalian sedang bermain bersama anak
kecil ?
Rasa
senang yang anda rasakan tidak sebanding dengan rasa senang yang dimiliki orang
tua kita dahulu saat mereka merawat kita.
Saat kita bersama anak kecil, kita hanya ikut
saat momen bahagia saja, kita kadang tidak ingin bermain dengan anak tersebut
kalau dia mulai rewel, sedang buang air kecil/besar. Tetapi tidak dengan orang
tua kita. Betapa bangganya mereka memiliki kita hingga disaat genting sekalipun
mereka rela meninggalkan aktivitasnya hanya untuk merawat kita sampai dia
memastikan kalau kita sudah dala keadaan baik dan aman.
Hingga sedewasa ini pernahkan anda berfikir
kenapa orang tua kita tetap menganggap kita seperti anak-anak? Tahukah anda
mengapa mereka selalu melakukan hal itu?
Tahukah anda betapa sedihnya yang dirasakan
orang tua anda, disaat waktu memaksakan
porsi kedekatan hubungan antara kita dan orang tua semakin renggang? Dimana
disaat kita mulai bertumbuh dari masa kanak-kanak kita perlahan mulai
menghiraukan waktu bersama mereka seperti kita mulai mementingkan permainan
kita daripada berbicara kepada mereka. Kita mulai bermain bersama teman-teman
kita daripada bercengkrama dari merekea. Pernahkah anda mersakan betapa
sedihnya mereka saat kita menghiraukan waktu bersama mereka?
Pernahkan anda bertanya atau menyadari kalau
orang tua kita sebenarnya merindukan waktu dimana hubungan kita dengan mereka
tidak ada pembatas? Pernahkan anda
berfikir perhatian yang selama ini kita anggap berlebihan, ternyata pernyataan
langsung kalau mereka membutuhkan kita disamping mereka walau hanya untuk
sebentar saja? Coba kita sadari betapa mereka sangat merindukan waktu waktu
dimana hubungan antara kita dan mereka tidak ada pembatas.
Lalu ketika anda mulai menyadari semua ini,
ada satu hal yang menjadi penghalang hubungan kita dengan mereka, yakni GENGSI.
Kita terlalu memikirkan perkataan orang lain yang akan mengatakan kita seperti ‘anak
mama’ sehingga kita mulai menjaga jarak dari orang tua kita.
Kita hanya cukup memikirkan perasaan orang tua
kita dan bukan perkataan/asumsi orang lain. Betapa bahagianya mereka disaat
sumber kebahagian mereka itu ada didiri kita, karena Kebahagiaan yang
dihasilkan orang lain itu tidak sebanding dengan kebahagiaan yang berhasil kita
ciptakan kepeda mereka.
Mulailah
menyadari diri kalau mereka sekarang membutuhkan kita.
Mulailah
‘membebani’ diri kalau sumber kebahagian mereka ada ditangan kita.
Berdoalah
kita agar kita sempat memberikan yang ‘TERBAIK’ kepada mereka.